Seorang Nenek Syok dan Meninggal karena Dipaksa Melihat Cucunya Diperkosa Pencuri
Setelah berhasil masuk, pencuri itu kemudian mengunci ketiga cucu nenek ini di dalam kamar, sebelum menyeret mereka satu per satu untuk diperkosa.
Seorang nenek meninggal dunia diduga karena syok setelah dipaksa dengan todongan senjata untuk menyaksikan ketiga cucunya diperkosa secara brutal satu demi satu oleh pencuri.
Nenek berusia 71 tahun itu dihadang oleh seorang pencuri yang mendobrak masuk ke rumahnya.
Setelah berhasil masuk, pencuri itu kemudian mengunci ketiga cucu nenek ini di dalam kamar, sebelum menyeret mereka satu per satu untuk diperkosa.
Ketiga gadis itu tinggal bersama nenek mereka di Impendle, Provinsi KwaZulu-Natal, Afrika Selatan.
Melansir dari The Sun, Jumat (3/7/2020), Polisi Afrika Selatan sedang mendalami dan menyelidiki kasus perbuatan keji yang membuat ketiga korban trauma berat dan satu orang meninggal karena syok.
Pengacara keluarga, Mzandwile Ndlovu mengatakan tersangka menyekap ketiga gadis itu didalam kamar sebelum memerkosanya.
"Tersangka mengunci ketiga gadis itu di kamar nenek mereka dan tersangka kemudian membawa mereka keluar satu per satu untuk memerkosa mereka,” katanya.
“Mereka menemukan nenek di rumah tetapi dia sudah tidak berdaya, dan mereka berpikir dia mengalami syok ketika menyaksikan perlakuan keji itu, sehingga ia mengalami serangan jantung,” kata Ndlovu dari penuturan gadis-gadis itu.
"Ketiga gadis itu mengatakan bahwa tersangka tidak menyentuh atau melukai sang nenek," katanya.
Juru bicara kepolisian provinsi, Nqobile Gwala mengatakan tersangka memaksa masuk ke rumah korban dengan todongan senjata.
"Seorang tersangka tak dikenal yang mengenakan balaclava (penutup wajah) memaksa masuk ke rumah korban dan memerkosa tiga gadis dengan todongan senjata,” ujarnya.
"Seorang wanita berusia 71 tahun yang menyaksikan kejadian itu pingsan dan kemudian meninggal.
Kami memohon kepada siapa pun yang mungkin memiliki informasi tentang insiden tersebut untuk menghubungi polisi," katanya.
Juru bicara Anggota Dewan Pembangunan Sosial KwaZulu-Natal, Nonhlanhla Khoza menyampaikan keprihatinan atas insiden keji ini.
“Kami sangat sedih atas insiden pemerkosaan dan pembunuhan yang mengerikan terhadap para wanita di lingkungan kami,” ujarnya.
“Kami telah melihat peningkatan kasus dalam insiden kekerasan terhadap perempuan, pembunuhan dan pemerkosaan,” sambungnya.
Ia pun mendesak masyarakat untuk membantu polisi dengan mencari informasi agar segera dilakukan penangkapan terhadap para predator seks.
"Insiden perkosaan tak berprikemanusian terhadap wanita kami ini hanya akan berakhir ketika masyarakat bekerja sama dengan polisi, dan kami mengirimkan belasungkawa yang tulus kami kepada para korban," ungkapnya.
Sementara itu, Menteri Kepolisian, Bheki Cele dan aktivis gender telah berbicara tentang lonjakan besar kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak selama pemerintah mengambil langkah lockdown covid-19.
Anak lelaki nenek tersebut yang berusia 31 tahun memohon agar para saksi datang untuk membantu penyelidikan polisi.
Sehingga pelaku pemerkosaan terhadap ketiga gadis itu segera ditangkap.
“Ini adalah tindakan yang benar-benar mengerikan yang dia lakukan,” katanya.
“Saya pikir ibu saya meninggal karena serangan jantung, karena pelaku tidak menyerangnya tetapi dia menarik keponakan saya keluar dari kamar dan memerkosa mereka satu per satu di depannya,” terangnya.
“Tidak ada keadilan bagi keponakan perempuan saya yang begitu trauma.
Tersangka melihat ibuku pingsan karena keterkejutannya dan kebejatan pelaku tetap dilanjutkan meski ibuku sudah meninggal. Di mana sifat manusianya?" ujarnya.
Polisi Afrika Selatan mengeluarkan permohonan baru untuk saksi selama dua bulan, setelah kematian nenek dan pemerkosaan tiga gadis untuk membantu mereka menangkap predator seks itu.
Ini mengikuti kasus seorang wanita hamil yang ditembak mati ketika melahirkan di rumahnya di Afrika Selatan beberapa waktu lalu.
Awal bulan Juni, Presiden Cyril Ramaphosa mengutuk keras atas lonjakan pembunuhan terhadap perempuan dan anak-anak di Afrika Selatan.
Hal itu disebabkan karena penjualan alkohol diizinkan lagi selama tindakan lockdown diambil.
Presiden Ramaphosa menggambarkan serangkaian pembunuhan dan pemerkosaan yang mengerikan terhadap wanita dan anak-anak terkait dengan penjualan alkohol sebagai "kegelapan dan memalukan" bagi bangsa.
“Kami mencatat bahwa ketika kita menghadapi ancaman paling parah dari pandemi, pria yang kejam mengambil keuntungan dari pembatasan untuk menyerang wanita dan anak-anak,” ujarnya.
"Sebagai seorang pria, seorang suami, dan seorang ayah, saya terkejut dengan apa yang terjadi baru-baru ini terhadap para wanita dan anak-anak masyarakat kita dan kita harus segera mengatasinya." Pungkasnya.